BAB II
METODE
2.1. Metode
Kritik Arsitektur
Kritik Arsitektur merupakan
tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Kritik
Arsitektur dilakukan dengan cara mengamati dan memahami suatu karya arsitektur untuk
selanjutnya ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan, ungkapan dan
penggambaran dari suatu karya arsitektur tersebut.
Terdapat beberapa jenis
metode dalam kritik arsitektur yaitu :
1. Kritik Arsitektur Normatif adalah mengkritisi
suatu karya arsitektur sesuai dengan norma atau ketentuan yang ada. Kritik
Arsitektur Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
· Metode Doktrin merupakan metode yang dilihat dari
aliran atau nilai-nilai sosial. Contohnya, seperti disaat kita membuat sebuah
tema perancangan bentuk arsitektur. Tema tersebut adalah doktrin yang kita buat
untuk meyakinkan diri sendiri tentang apa yang ingin kita buat.
· Metode Tipikal merupakan metode yang mempunyai
uraian urutan secara tersusun. Kebiasaan yang terarah. Contohnya, bangunan
rumah tinggal, secara tipikal dimana pun selalu memiliki kamar tidur, ruang
keluarga, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi/toilet, dan ruangan lain.
· Metode Ukuran merupakan metode dengan ukuran yang
dijadikan sebagai patokan untuk menilai namun pada akhirnya kecenderungan
relativitas akan lebih berperan. Sifatnya akan berakhir tidak pasti, relatif,
sesuai dengan pemahaman yang diinginkan masing-masing. Contohnya, disaat kita
membuat denah suatu bangunan biasanya ukuran ruang bangunan tersebut berpatokan
pada data arsitek namun pada akhirnya ukuran ruang bangunan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing.
2. Kritik Arsitektur Penafsiran adalah mengkritisi
suatu karya arsitektur dengan cara menafsirkan berdasarkan
analogi-analogi. Hasilnya akan meningkatkan emosi bagi pendengar setelah itu
terpengaruh atau menolak analogi-analogi tersebut. Kritik Arsitektur Penafsiran
dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
· Metode Advokasi merupakan metode dengan cara
mengarahkan pada suatu topik yang dianggap perlu untuk di perhatikan secara
seksama tentang karya arsitektur. Contohnya, kritikus membantu kita melihat
manfaat yang telah dihasilkan sang arsitek melalui karya arsitekturnya dan
berusaha menemukan pesona yang awalnya kita kira hanya sebuah karya seni
menjemukan.
· Metode Evokatif merupakan metode dengan cara
menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu karya
arsitektur. Contohnya, mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi
yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus terhadap suatu karya arsitektur.
· Metode Impresionistik merupakan metode dengan cara
menggunakan karya seni atau bangunan lain sebagai dasar bagi pembentukan karya
seninya. Contohnya, menggunakan karya arsitektur Le Corbusier sebagai inspirasi
untuk karya arsitektur kita sendiri.
3. Kritik Arsitektur Deskriptif adalah mengkritisi
suatu karya arsitektur dengan cara mendeskriptifkan berdasarkan kenyataan
atau fakta. Kritik Arsitektur Deskriptif dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
· Metode Depiktif merupakan metode yang menyatakan
apa yang sesungguhnya ada dan terjadi secara nyata. Contohnya, saat melakukan
survei lokasi untuk pembangunan yaitu bagaimana pun kondisi site dipaparkan
dengan apa adanya tanpa di kurang-kurangi atau di lebih-lebihkan.
· Metode Biografis merupakan metode yang hanya
mencurahkan perhatiannya kepada sang arsitek yang membuat karya arsitektur
tersebut, khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis
perkembangan sang arsitek sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita
terhadap intensitasnya pada karya-karyanya secara spesifik. Contohnya, pengaruh
kesukaan Frank Llyod Wright saat remaja pada permainan lipatan kertas terhadap
bangunan-bangunan yang dirancangnya, informasi seperti ini memberi kita
kesempatan untuk lebih memahami dan menilai sang arsitek terhadap
karya-karyanya.
· Metode Kontekstual merupakan metode yang membahas
dengan teliti untuk lebih mengerti suatu karya arsitektur. Contohnya, proyek
apa yang sedang dibangun, mengapa proyek tersebut dibangun, siapa arsiteknya,
dan pertanyaan lain mengenai karya arsitektur tersebut hingga ke akarnya.
Definisi :
Bersifat tidak menilai,
tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa yang
sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut
sesuatu lingkungan tertentu. Dibanding metode kritik lain kritik deskriptif
tampak lebih nyata (factual). Berikut adalah beberapa metode dalam kritik
Deskriptif :
1. Depictive
Criticism (Gambaran bangunan)
Depictive cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk
kritik karena ia tidak didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah
bangunan. Sebagaimana tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini
menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi disana. Masyarakat cenderung
memandang dunia sesuai dengan keterbatasan pengalaman masa lalunya, maka
melalui perhatian yang jeli terhadap aspek tertentu bangunan dan menceritakan
kepada kita apa yang telah dilihat, kritik depiktif telah menjadi satu metode
penting untuk membangkitkan satu catatan pengalaman baru seseorang. Kritik
depiktif tidak butuh pernyataan betul atau salah karena penilaian dapat menjadi
bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya. Kritik depiktif lebih
mengesankan sebagai seorang editor atau reporter, yang menghindari penyempitan
atau perluasan perhatian terhadap satu aspek bangunan agar terhindar dari
pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate.
· Static (Secara Grafis)
Depictive criticism dalam
aspek static memfocuskan perhatian pada elemen-elemen, bentuk (form), bahan
(materials) dan permukaan (texture). Penelusuran aspek static dalam depictive
criticism seringkali digunakan oleh para kritikus untuk memberi pandangan kepada
pembaca agar memahami apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran
terhadap apa yang dilihatnya kemudian. Penggunaan media grafis dalam depictive
critisim dapat dengan baik merekam dan mengalihkan informasi bangunan secara
non verbal tanpa kekhawatiran terhadap bias. Aspek static depictive criticism
dapat dilakukan melalui beberapa cara survey antara lain : fotografi, diagram,
pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).
· Dynamic (Secara Verbal)
Tidak seperti aspek static,
aspek dinamik depictive mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari
apa bangunan di buat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui Bagaimana
manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana?
Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik? Bagaimana
bangunan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang ada didalamnya dan
disekitarnya?
· Process (Secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk
depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana
sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu. Bila kritik yang lain
dibentuk melalui pengkarakteristikan informasi yang datang ketika bangunan itu
telah ada, maka kritik depiktif (aspek proses) lebih melihat pada
langkah-langkah keputusan dalam proses desain yang meliputi :
§ Kapan bangunan itu mulai direncanakan,
§ Bagaimana perubahannya,
§ Bagaimana ia diperbaiki,
§ Bagaimana proses pembentukannya.
2. Biographical
Criticism (Riwayat Hidup)
Kritik yang hanya
mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas
yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat
diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada
karya-karyanya secara spesifik.
Sejak Renaisance telah ada sebagian perhatian pada kehidupan pribadi sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam memproduksi karya atau bangunan. Misalnya, bagaimana pengaruh kesukaan Frank Lyod Fright waktu remaja pada permainan Froebel Bloks (permainan lipatan kertas) terhadap karyanya? Bagaimana pengaruh karier lain Le Corbusier sebagai seorang pelukis? Bagaimana pengaruh hubungan Eero Sarinen dengan ayahnya yang juga arsitek? Informasi seperti ini memberi kita kesempatan untuk lebih memahami dan menilai bangunan-bangunan yang dirancangnya.
Sejak Renaisance telah ada sebagian perhatian pada kehidupan pribadi sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam memproduksi karya atau bangunan. Misalnya, bagaimana pengaruh kesukaan Frank Lyod Fright waktu remaja pada permainan Froebel Bloks (permainan lipatan kertas) terhadap karyanya? Bagaimana pengaruh karier lain Le Corbusier sebagai seorang pelukis? Bagaimana pengaruh hubungan Eero Sarinen dengan ayahnya yang juga arsitek? Informasi seperti ini memberi kita kesempatan untuk lebih memahami dan menilai bangunan-bangunan yang dirancangnya.
3. Contextual
Criticism ( Persitiwa)
Kelebihan Kritik Deskriptif
Dengan kritik deskriptif
kita bisa mengetahui suatu karya hingga ke seluk beluknya. Metode dari
deskriptif ini dapat di kritisi secara induktif, dari hal yang umum ke khusus
ataupun deduktif dari hal yang khusus ke umum. Metode kritik ini tidak
bertujuan untuk pengembangan karya selanjutnya seperti metode impresionis yang
menggunakan hasil kritik untuk karya selanjutnya.
Kekurangan Kritik Deskriptif
Hanya
menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
Komentar
Posting Komentar