KONSERVASI ARSITEKTUR DI INDONESIA



Konservasi Arsitektur

Di indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi [sumber daya alam hayati] adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan kawasan Suaka alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.

Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.



Ruang Lingkup Konservasi :



·         Kategori obyek konservasi :

1.      Lingkungan Alami (Natural Area)

2.      Kota dan Desa (Town and Village)

3.      Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)

4.      Kawasan (Districts)

5.      Wajah Jalan (Street-scapes)

6.      Bangunan (Buildings)

7.      Benda dan Penggalan (Object and Fragments)



·         Manfaat Konservasi :

1.      Memperkaya pengalaman visual

2.      Memberi suasana permanen yang menyegarkan

3.      Memberi kemanan psikologis

4.      Mewariskan arsitektur

5.      Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional



Peran Arsitek Dalam Konservasi :



Internal :

·         Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.

·         Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse.

·         Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.



Eksternal :

·         Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.

·         Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines).

·         Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.

·         Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.


Studi Kasus :



Konservasi Bangunan Gedung Arsip Nasional Indonesia, Jakarta.



Gedung Arsip Nasional adalah suatu bangunan bersejarah dengan gaya Eropa di Jakarta. Letaknya di Jalan Gajah Mada.


Gedung Arsip Nasional


Sejarah


Gedung ini adalah bekas kediaman gubernur jenderal VOC Reinier de Klerk dan dibangun pada abad ke-18. Tahun 1900, ada rencana untuk membongkarnya dan membangun pertokoan di tempatnya. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (“perhimpunan Batavia untuk seni dan ilmu”), yang justru didirikan de Klerk, turun tangan untuk menyelamatkannya. Antara lain, Genootschap menghibahkan mebel yang masih terlihat di gedung itu.

Gedung Arsip Nasional


Hingga tahun 1925, gedung ini dipakai departemen Pertambangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Lands archief (“arsip negeri”), yang setelah Indonesia menjadi gedung arsip nasional. Tahun 1974, arsip nasional dipindahkan ke gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Setelah pemindahan selesai tahun 1979, gedung ini tidak digunakan sama sekali dan kondisinya semakin memburuk menjelang tahun 1990-an.



Tahun sama, ada kabar angin bahwa gedung lama akan dibongkar keluarga mantan presiden Soeharto untuk membangun pertokoan, seperti pada tahun 1900. Gedung ini diselamatkan sekelompok usahawan Belanda yang mendirikan Stichting Cadeau Indonesia (“yayasan hadiah Indonesia”) yang ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50. Yayasan tersebut mengumpulkan dana untuk memugarnya dan menjadikannya sebuah museum.



Pemugaran rampung awal tahun 1998. Tanggal 13 Mei terjadi kerusuhan di Jakarta. Bank yang letaknya di sebelah dibakar, dan Gedung Arsip memperbolehkan karyawan bank berlindung di dalamanya. Para perusuh mengejar mereka ke dalam, tetapi diusir para buruh yang masih ada di tempat dan tidak ingin hasil pekerjaan mereka dihancurkan.



Konservasi gedung arsip yang dulunya adalah milik pejabat VOC, dianggap sebagai karya monumental. Dan dunia internasional, akhirnya mengakui upaya konservasi terhadap gedung itu. Ini terbukti setelah badan PBB UNESCO memberikan penghargaan atas jerih payah Han Awal dan timnya.


Interior Gedung Arsip Nasional

Gedung gajahmada ini adalah tempat menyimpan arsip-arsip pada zaman hindia belanda. Tapi ketika itu tempat ini mempunyai permasalahan yaitu tempat bangunan gedung arsip ini lebih rendah dari jalan raya. Sehingga ketika hujan dan banjir tempat ini menjadi kurang representative sebagai gedung arsip. Oleh karena itu yayasan mempunyai ide untuk merenovasi gedung tersebut agar dapat berfungsi lebih baik.

Interior Gedung Arsip Nasional

Peninggalan yang terdapat pada gedung arsip nasional dan dijaga dengan baik salah satunya ialah peta-peta yang di pamerkan pada sebuah galeri yang terdapat disana. Bangunan ini di sekarang di fungsikan sebagai pameran kearsipan Indonesia sebagai sarana pembelajaran dan pengetahuan masyarakat akan sejarah khususnya pada masalah kearsipan. Desain yang di angkat pun masih menggunakan prinsip prinsip desain zaman hindia belanda seperti penggunaan jendela-jendela yang berjumlah banyak, penggunaan atap perisai dan lain-lain.

Sumber:



Komentar

Postingan Populer